Minggu, 11 September 2016

UNIT PENGOLAHAN KELAPA TERPADU DIBEKALI ILMU BARU

Petanahan, Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang memberikan pengetahuan baru mengenai proses pembuatan karbon aktif dan IPTEK, Sabtu (10/09). Kegiatan ini diikuti oleh beberapa  pengrajin, PKK, kelompok tani dan juga pemuda karang taruna. Kegiatan ini berlangsung setengah hari, dimulai dari penjelasan umum hingga praktek langsung dengan alat yang telah disediakan oleh Universitas Wahid Hasyim.
Pihak Universitas Wahid Hasyim memilih Karbon aktif dengan alasan, banyak sekali manfaat dari karbon aktif, terlebih jika diproduksi sendiri dan dijual lagi akan mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi.
Karbon aktif atau yang biasa disebut arang aktif merupakan tipe karbon yang diproses sedemikian rupa sehingga pori-porinya terbuka dan memiliki daya serap yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan dan uap. Karbon aktif terbuat dari bahan-bahan sumber karbon, baik organik maupun nonorganik, seperti tempurung kelapa, batubara, kayu dan kulit kacang.
Banyak manfaat dari karbon aktif ini, salah satunya adalah untuk menjernihkan air dan memurnikan gas. Di bidang kesehatan, karbon aktif dimanfaatkan untuk mengurangi kolesterol, detoksifikasi tubuh, mengurangi kembung dan menyerap zat beracun. Karbon aktif juga dimanfaatkan sebagai obat anti mencret atau diare karena sangar efektif untuk menyerap racun dalam tubuh dan membersihkan sistem pencernaan dari racun.
Karbon aktif ini akan dimanfaatkan oleh kelompok unit pengolahan kelapa terpadu desa Petanahan sebagai bahan organik penjernih VCO.  Karbon aktif yang diproses ini terbuat dari batok kelapa.
Pembakaran Karbon Aktif dengan Alat yang telah disiapkan Universitas Wahid Hasyim Semarang
“Harapan kami, ilmu yang kami berikan dapat memberikan manfaat besar bagi Desa Petanahan terutama demi mengembangkan bisnis Sun Coco lebih maju dan lebih luas hingga ke seluruh penjuru Indonesia” sambut salah satu dosen Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang. Selain itu, beberapa dosen juga mengatakan bahwasannya potensi Desa Petanahan sangatlah bagus untuk dikembangkan, begitu banyak sumber daya alam yang bisa dikelola dan dimanfaatkan agar menjadi usaha desa dan menambah pendapatan daerah. (Rn)

Kamis, 22 Agustus 2013

BUMDES PETANAHAN IKUT MERIAHKAN KARNAVAL 2013

Sebagai wujud mengemban amanah yang dibebankan dan dipercayakan pemerintah kecamatan Petanahan, di bulan Agustus Tahun 2013 ini, BUMDes Petanahan ikut memeriahkan Karnaval 2013.

Dengan mengambil tema "Meningkatkan Peran Desa Dalam Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui BUMDes" ini, BUMDes Petanahan mengirimkan 2 armadanya. Meskipun dengan hiasan dan assesoris yang sederhana namun "konvoi" yang dikirimkan paling tidak sudah bisa memperkenalkan Visi dan Misi BUMDes Petanahan.

Sebagaimana seringkali kita paparkan, bahwa BUMDes Petanahan dalam upaya menggali potensi ekonomi desa saat ini telah mengelola beberapa unit usaha yaitu : Pasar Unggas, Kios Desa dan Unit Pengolahan Kelapa Terpadu "SUN COCO"

Kegiatan Pemberdayaan ekonomi masyarakat tersebut, manfaatnya sudah mulai bisa dirasakan baik dari peningkatan penghasilan masyarakat maupun adanya pemasukan pendapatan asli Desa.

Sabtu, 16 Maret 2013

MINYAK GORENG KELAPA PREMIUM "VIRGIN" , KREASI PRODUKSI BARU DARI SUN COCO

Setelah sukses berinovasi produksi olahan kelapa, kini Unit Pengolahan Kelapa Terpadu SUN COCO kembali membuat produk baru yang sudah mulai dirilis ke pasaran. Produk baru tersebut adalah minyak goreng kelapa "VIRGIN"

Sebelumnya, Unit Pengolahan Kelapa Terpadu Sun Coco sudah memproduksi Minyak Goreng Healthy Coconut Oil "SUN COCO" yang berbahan baku minyak VCO. Dan Alhamdulillah produk tersebut mendapat sambutan pasar, meskipun segmen pasarnya khusus.

Minyak Goreng Kelapa Premium "VIRGIN" besutan BUMDes Petanahan ini diluncurkan dengan mempertimbangkan beberapa hal :
1. Sebagai perwujudan misi pemberdayaan masyarakat khususnya pengrajin VCO.
..................... nunggu ada waktu lagi untuk nerusin posting he..he


Rabu, 19 September 2012

MERAJUT PERAN LINTAS SEKTORAL DALAM KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalu kegiatan pembinaan dan pengembangan Unit Usaha Kecil dan Menengah menjadi program yang ngetrend hampir di semua SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Namun demikian ada budaya yang kurang sehat yang justru menghambat tujuan kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut. Budaya yang dimaksud adalah pola pikir ego sektoral dari masing-masing SKPD yang ada.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam dinamika kehidupan birokrasi terkadang terjadi persaingan tidak sehat lintas sektoral, yang berujung pada tidak maksimalnya pelayanan kepada publik. Dampak dari persaingan tidak sehat ini membuat masyarakat jadi antipati kepada pemerintah karena ujung-ujungnya masyarakat jadi korban ketidaksehatan persaingan yang sering ditonjolkan dan dipelihara.

Tidak jarang kita dengar ungkapan-ungkapan seperti : ini lho binaaan dinas saya, coba kalau tidak ada kami,kalau dinas A seperti ini tapi kalau kami,atau ungkapan lho itu khan tugas/bagiannya dinas B bukan urusan/bidang garapan kami,  dan yang semisalnya sebagai wujud adanya perasaan paling hebat, paling bisa, dan paling bertanggungjawab. Munculnya ungkapan-ungkapan tersebut menunjukkan masih kentalnya semangat ego sektoral pada SKPD yang menjadi stake holder (pemangku kepentingan) kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Sebenarnya kalau kita sadari sepenuhnya, penyakit dan pola pikir ego sektoral sudah selayaknya kita tinggalkan. Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat terdapat banyak stakeholder yang terlibat.  Dari beberapa pengalaman empiris dapat ditarik pengalaman bahwa kerjasama antar stakeholder akan menghasilkan kinerja yang lebih baik untuk pengembangan UKM. Untuk itu, maka program-program yang menyangkut pengembangan UKM baik yang bersifat technical asistant (TA) maupun yang non TA harus diupayakan adanya koordinasi antar stakeholder agar optimal hasilnya.
Implementasi kebijakan dalam rangka strategi pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan UKM tidak bisa secara parsial hanya bidang ekonomi permodalan saja, namun harus berorientasi secara keseluruhan atas kebutuhan UKM baik secara individu maupun kelompok, termasuk mendasarkan pada potensi sumberdaya manusianya.
Dengan melibatkan secara partisipatif dan lebih bersifat bottom up ternyata pemberdayaan diri UKM telah berhasil dan pada gilirannya secara intergral mampu memberikan dampak bagi perkembangan perekonomian yang lebih luas.

Unit Pengolahan Kelapa Terpadu “SUN COCO” Menjadi Pilot Project  Profil UKM Perajut Ukhuwah Lintas Sektoral
Unit pengolahan Kelapa terpadu SUN COCO sebagai suatu unit usaha berbasiskan pemberdayaan masyarakat milik desa Petanahan bisa dijadikan sebagai gambaran kecil bentuk Unit Usaha yang menyatukan dan melibatkan berbagai sektor dalam kegiatannya.
Unit pengolahan Kelapa terpadu SUN COCO merupakan suatu Unit Usaha yang mengolah, menampung, dan menjual berbagai produk turunan dari buah kelapa yang meliputi : Nata De Coco, minyak VCO, Minyak goreng HCO, Arang Tempurung, Liquid Smoke (asap cair), Serabut kelapa (coco fiber), serbuk sabut kelapa (cocodust/cocopeat),  pupuk organik.
Sebagai unit usaha yang mengolah hasil tanaman perkebunan/pertanian maka tidak heran jika SKPD seperti Dinas Pertanian dan Perikanan (Distanak), Dinas Kehutanan dan Perkebunen (Dishutbun), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) terlibat di dalamnya. Berbagai program kerja serta kegiatan yang bersinergi dengan kegiatan pengolahan kelapa terpadu Sun Coco seringkali diadakan serta difasilitasi oleh ketiga SKPD tersebut seperti Pelatihan, penyaluran bantuan/sarana prasarana, dan berbagai pendampingan dan kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan.
Sebagai lembaga yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat Unit Pengolahan Kelapa Terpadu sun coco mempunyai petani/pengrajin binaan yang menyebar di wilayah desa Petanahan bahkan melebar ke wilayah-wilayah desa ataupun kecamatan lain. Tidak heran jika “Sun Coco” sering latah disebut koperasi sun coco yang disebabkan karena jalinan keterikatan yang baik antara para pengrajin dengan Pengurus/Unit Usaha Pengolahan Kelapa Terpadu SUN COCO.
Sebagai wujud kepedulian terhadap keberlangsungan usaha serta dalam rangka berpartisipasi ikut serta meningkatkan Pendapatan Asli Desa (dengan tanpa mengesampingkan unsur pemberdayaan masyarakat), Unit Pengolahan Kelapa Terpadu “Sun Coco” berdasarkan kesepakatan para pengurus, tokoh masyarakat dan Perangkat desa, dan BPD disepakati menjadi bagian dari BUMDes Desa Petanahan dan menjadi milik desa Petanahan. Oleh karenanya tidaklah heran jika SKPD Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BAPERMADES), juga dilibatkan dalam kegiatan usaha pengolahan kelapa terpadu ini.
Sebagai Unit Usaha yang menghasilkan berbagai produk-produk yang siap dipasarkan, “SUN COCO” sangat membutuhkan dukungan dari instansi-instansi yang terkait dengan kegiatan pengembangan usaha seperti periklanan/pemasaran produk, perijinan serta pengawasan produk-produk hasil olahan Sun Coco. Oleh karena itu “SUN COCO” berusaha menggandeng beberapa SKPD seperti : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kominfo, Dinas Kesehatan, Dinas Perijinan Terpadu dan sebagainya. Alhamdulillah usaha tersebut membuahkan harapan yang lebih besar bagi kemajuan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dipelopori Unit Pengolahan Kelapa Terpadu “Sun Coco”.
Harapan “SUN COCO” kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam Unit Pengolahan Kelapa terpadu benar-benar bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta meningkatkan pendapatan asli desa dan bisa menghasilkan berbagai produk-produk unggulan yang bermanfaat baik bagi desa petanahan maupun Kabupaten KEBUMEN secara umum.
Oleh karena itu marilah kita hilangkan sikap ego sektoral jika ingin sukses menjalankan amanah negara dalam rangka mensejahterakan masyarakat. Seluruh sektor dalam sendi-sendi kehidupan yang merupakan urat nadi rakyat harus berjalan seiring, bersinergi dan saling bekerjasama. Jangan ada  merasa paling hebat, paling bisa, dan paling bertanggungjawab. Semua hal bisa dikeroyok dengan perpaduan kerjasama antar-sektor dan antar-SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). “Jangan hanya diri kita yang kita urus, kita ajak juga yang lain, supaya kita bisa saling berintegrasi.”

Semoga NYIUR TETAP MELAMBAI di Bumi Pertiwi.
Semoga “Sang Lambang Pramuka” benar-benar bisa dibuktikan manfaatnya yang serba guna.
Dan Semoga kemajuan menjadi milik kita bersama....................

LET'S HAVE HEALTHY LIVING HABITS WITH "SUN COCO"

It’s time to cook with  "SUN COCO" Healhty Cooking Oil (Healthy Coconut Oil)

Manufacturing Process
SUN COCO Healthy Coconut Oil (HCO) is made from Virgin Coconut Oil which has been eliminated taste and smell of coconut, filtered and purified without the high heat, no hydrogenation and no additional chemicals.

SUN COCO cooking oil is produced by The Integrated Processing Unit “SUN COCO” BUMDes Petanahan, Petanahan village, subdistrict Petanahan of Kebumen, Central Java.
Benefits of cooking oil "SUN COCO"
Virgin coconut oil (VCO) is known as “Energy Fat” because it requires fewer calories than other fats or oils which are processed in the liver, because VCO is converted directly into energy.

SUN COCO cooking oil does not cause free radicals and Trans Fatty Acid. Trans fat can lowered the levels of HDL (good) cholesterol and raise the levels of LDL (bad) cholesterol  in our body significantly, making blockage and hardening of the arteries.

SUN COCO cooking oil contains medium chain saturated fats (MCT) which is dominated by the lauric acid useful for quick energy, kill viruses, bacteria and protozoa.
Different with cooking oils in general that contain Long Chain Trigleseride (LCT) and poorly soluble in blood, the MCT relatively easy to digest (water soluble) in the body so it is healthy to eat.
Which determines whether or not a cooking oil for health is the content of Medium Chain Saturated fat. Long-chain fatty (Long Chain trigliseride / LCT) requires secretion of biliary gland to dissolve in the blood while medium chain (Medium Chain trigliseride / MCT)  that are classified as saturated fats, can be digested without the help of bile.

Therefore SUN COCO Cooking Oil is very healthy for the use of family needs moreover it contains natural antioxidants

The benefits of cooking oil "SUN COCOas mentioned above are:
Contains natural antioxidants
Made from Virgin Coconut oil which processed without heating
Non-cholesterol
Besides "
SUN COCO" Healty Cooking Oil also:
• More economical and delicious
Safe be used up to 7 times frying

Reservations contact: BUMDES Petanahan - Integrated Coconut Processing Unit "SUN COCO"
C.P. :  085291111586 (Setya Widada)


    
          
OVERVIEW OF BUMDES PETANAHAN

Background of Establishment
The founding of BUMDes SUN COCO at Petanahan Village not separated from the Cooperative of Integrated Coconut Processing "SUN COCO" which was formed on June 5, 2010.
As the village concern of sustainability the Bussiness Unit of Integrated Coconut Processing SUN COCO; the village government on Friday, March 16, 2012, held meetings, attended by village officials, BPD, and the entire board and its board of SUN COCO Cooperative counselors/advisors with decision the establishment of  SUN COCO BUMDES through Perdes No. 1 Year 2012 on the pretext of securing assets groups into village assets, simplified management, contributing to revenue villages (PADes), and more effective supervision towards the running business.
Line of Business
Integrated Coconut Processing: Nata de Coco, VCO, HCO Cooking Oil, Coco Fiber, Coco Dust / Coco Peat, Charcoal Shell, Liquid Smoke (Liquid Smoke), Organic Fertilizer

Milling: Profit sharing of Flour-bean Milling Machine Utilization with milling business community.
Development Plan
In the future, Sun Coco BUMDes expected to become an institution optimize its economic potential sources in the village, such as Market and Village Store, Village Tractor and distributor of the products / craftsmen in Petanahan village to increase revenue villages (PADes).

Management:
Commissioner: Head of Village, President Director: Amin Sudasi, SE, Vice President Director: KH Ahmad Mansyur, S.Ag. ManagerSetya Widada, Secretary: Andi D.M. Head of Finance: H. Riyanto, 2. Maftukhin

Marketing Agent :

Jakarta         : Warkhan

Kalimantan : Hulian Bargo
Semarang    : Selvia Dewi
Rembang    : M. Noor
Temanggung  : Nur Wahyu Eldafita
Denpasar   : I Wayan Wardi
Kebumen : Koperasi Kebumen Maju Bersama

Senin, 09 Juli 2012

PENERAPAN KONSEP TEKNOLOGI TEPAT GUNA (TTG) DI UNIT PENGOLAHAN KELAPA TERPADU "SUN COCO" DESA PETANAHAN


Gagasan pembentukan lembaga kemasyarakatan di tingkat pedesaan telah  tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 1998 tentang Operasional Pos Pelayanan Teknologi Desa ( Posyantekdes ) dan sebagaimana telah diubah dalam Permendagri Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna.



Yang dimaksud Teknologi Tepat Guna (TTG) adalah teknologi yang dibuat oleh dan bagi masyarakat tertentu yang disesuaikan dengan kearifan lokal (lingkungan, sosial ekonomi, budaya dan politik), dalam bentuk sederhana sehinga mudah untuk diterapkan dan menghasilkan nilai tambah serta ramah lingkungan.

Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, Teknologi Tepat Guna merupakan pemicu pertumbuhan.  Pemanfataan TTG secara optimal oleh masyarakat akan mampu mewujudkan usaha masyarakat yang dapat mengefisienkan biaya produksi, memperbaiki proses mutu produksi, meningkatkan kapasitas, dan nilai tambah produk, sehingga dapat mensejahterakan masyarakat, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan memberantas kemiskinan.

Dalam usaha mewujudkan pemerataan dan peningkatan pembangunan, pembangunan masyarakat perlu ditingkatkan, sehingga dapat mencapai mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang adil dan sejahtera. Apalagi di era globalisasi ini, masyarakat dituntut memiliki kemampuan untuk memanfaatkan Teknologi Tepat Guna (TTG) secara optimal guna peningkatan daya saing usaha hasil produknya bagi peningkatan kesejahteraannya.

PENERAPAN KONSEP TTG DI BUMDES PETANAHAN


Sebagai suatu lembaga berbasiskan pemberdayaan masyarakat, Unit Pengolahan Kelapa Terpadu “SUN COCO” yang merupakan salah satu unit usaha BUMDes Petanahan, telah banyak menerapkan konsep-konsep TTG. Penerapan Teknologi Tepat Guna dalam Usaha Pengolahan Kelapa Terpadu, bisa dilihat di unit-unit usaha yang dilakukan para petani pengrajin maupun di sentra pengolahan kelapa terpadu “SUN COCO”

Dalam pembuatan nata De coco misalnya, para petani pengrajin di Desa Petanahan (setelah melalui pelatihan TTG pengolahan limbah air kelapa), telah berhasil memanfaatkan limbah air kelapa yang melimpah di desanya menjadi sebuah produk lembaran-lembaran nata yang mempunyai nilai ekonomis serta dapat menambah penghasilan mereka. Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) tersebut, ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat desa Petanahan, bahkan masyarakat desa lain di wilayah kecamatan Petanahan dan sekitarnya berusaha ikut menerapkannya. Tersebarnya konsep TTG dalam pengolahan limbah air kelapa didukung oleh adanya Unit Pengolahan Kelapa Terpadu “SUN COCO” BUMDES Petanahan yang menampung semua hasil produksi nata de coco dan memfasilitasi penerapan konsep TTG tersebut.

Di samping pengolahan limbah air kelapa, penerapan konsep TTG juga bisa dilihat dalam usaha sehari-hari pengrajin dalam membuat VCO (Virgin Coconut Oil). Virgin Coconut Oil, merupakan produk turunan kelapa yang memanfaatkan daging kelapa. Daging kelapa yang biasanya hanya diperuntukkan untuk sayur, dengan sentuhan Teknologi Tepat Guna dimanfaatkan untuk membuat Minyak Murni yang kaya akan asam laurat, dan berkhasiat bagi kesehatan.

VCO ini dibuat hanya dengan mengendapkan santan kelapa, kemudian dipisahkan dari airnya (tingal tersisa santan kental/kani nya). Dan setelah kani dikocok/dimixer kemudian didiamkan ± 12 jam, maka akan terbentuk 3 lapisan yaitu air, blendo dan minyak VCO. Kemudian minyak VCO diambil dan disaring, dan blendo dimasak (menghasilkan blendo, dan minyak klentik)

Dari kegiatan usaha pembuatan VCO ini, para pengrajin menghasilkan 3 produk sekaligus yaitu, minyak VCO, blendo, dan minyak klentik. VCO nya mereka jual ke “SUN COCO”, blendo nya mereka jual ke pasar, dan minyak klentik mereka jual ke pasar atau kadang dikonsumsi sendiri. Di samping itu mereka juga masih mendapatkan penghasilan tambahan dari tempurung kelapa yang dijual ke Sentra Pengolahan Kelapa Terpadu SUN COCO, untuk diolah menjadi arang tempurung.

Di Sentra Pengolahan Kelapa Terpadu, dapat juga kita jumpai banyak penerapan konsep Teknologi Tepat Guna, seperti dalam pemanfaatan limbah arang tempurung menjadi Arang Tempurung, Asap Cair, Teer. Dan juga Pembuatan Minyak Goreng Non Kolesterol HCO yang terbuat dari VCO. Di samping itu juga adanya pemanfaatan limbah serabut kelapa menjadi Coco Fiber, Coco dust/Cocopeat, dan Pupuk Organik.

POTENSI PENGEMBANGAN KONSEP PENERAPAN TTG DI MASYARAKAT

Berbagai penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) sebagaimana telah diterapkan di Unit Pengolahan Kelapa Terpadu, merupakan salah satu contoh, bagaimana sebuah sentuhan teknologi yang sederhana mampu mengubah suatu produk menjadi berbagai produk turunan yang bermanfaat bagi masyarakat dan menghasilkan nilai tambah secara ekonomis bagi mereka.

Hal ini tentu merupakan sebuah peluang bagi Pemerintah bagaimana mengupayakan gerakan penguatan dan pengembangan kelembagaan yang dapat memberikan Pelayanan Teknologi Tepat Guna sehingga bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat dipedesaan.

Dan yang tidak kalah penting lagi adalah adanya Komitmen yang kuat dari Para Pemangku kepentingan, pemerintah, akademisi dan pelaku usaha dalam mewujudkan kelembagaan pelayanan teknologi tepat guna yang dapat digunakan (1) sebagai wahana/wadah bagi para pencipta /penemu berbagai alat – alat teknologi tepat guna sederhana yang digunakan , dikembangkan atau dimodifikasi oleh para pelaku usaha dipedesaan, (2) Penemuannya tersebut diketahui oleh para Produsen / Pengembang berbagai alat teknologi tepat guna (3) Berbagai alat tersebut dapat dimanfaatkan oleh para Pengguna/ Pemanfaat teknologi tersebut yaitu para pelaku usaha home industri di daerah – daerah pedesaan guna peningkatan kualitas dan produktifitas produksi usahanya dan (4) terbukanya peluang pemasaran produk pengolahan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasar.

Dengan adanya gagasan-gagasan pembentukan lembaga pelayanan teknologi tepat guna (yang dirintis oleh adanya Unit Pengolahan Kelapa Terpadu), diharapkan di Kecamatan Petanahan ataupun di Kabupaten Kebumen akan muncul lembaga-lembaga sejenis yang bisa memanfaatkan konsep TTG dalam menghasilkan produk yang memiliki daya saing dan nilai jual tinggi.

Jumat, 06 Juli 2012

POTENSI MINYAK GORENG HCO MENJADI SALAH SATU PRODUK UNGGULAN KABUPATEN KEBUMEN

 



Setelah produk nata de coco olahan/kemas dengan ciri khas Perasa Alami menjadi Produk Unggulan dari Unit Pengolahan Kelapa Terpadu “SUN COCO” BUMDes Petanahan, ada harapan yang cerah dari hasil produksi turunan kelapa lain yang baru-baru ini diproduksi dan launching di pasaran.

Minyak Goreng Non Kolesterol HCO (Healthy Coconut Oil) adalah produk baru dari BUMDes Petanahan, Unit Pengolahan Kelapa Terpadu “Sun Coco” yang mendapatkan tanggapan yang baik dari konsumen. Minyak Goreng yang terbuat dari Virgin Coconut Oil ini merupakan hasil sentuhan Teknologi Tepat Guna yang aplikasikan dalam kegiatan UKM.

Sejak Pertama diproduksi hingga berjalan 1 bulan, produk ini laku keras di pasaran karena beberapa faktor antara lain : 1) kesadaran masyarakat akan kebutuhan makanan yang sehat dan aman bagi kesehatan semakin tinggi, 2) keunggulan-keunggulan dari minyak Goreng HCO mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen pengguna.

Beberapa indikator yang bisa dijadikan alasan mengapa minyak goreng HCO ini memiliki potensi menjadi salah satu produk unggulan Kabupaten Kebumen antara lain : 1) Minyak Goreng HCO merupakan produk pertama di kebumen 2) Produksi yang ada berbasiskan pemberdayaan masyarakat (para pengrajin VCO) 3) sejak diluncurkan pertama kali ke pasaran mendapatkan respon yang bagus dari konsumen
Dan yang tidak kalah penting lagi adalah di kalangan masyarakat Petanahan dan sekitarnya  produk ini memiliki peluang pasar yang bagus. Dengan potensi pasar  yang berbasis pada konsumsi lokal yang kuat ini, maka semakin memperkuat pangsa pasar dan menghasilkan ketahanan ekonomi.

Seiring dengan telah menyebarnya produk-produk Unit Pengolahan kelapa Terpadu “Sun Coco”  di pasaran, BUMDes Petanahan tentunya dituntut untuk menyajikan produk yang memenuhi standar mutu dan kelayakan edar. Guna memenuhi tuntutan tersebut, BUMDes Petanahan bermaksud mendaftarkan produk-produknya ke instansi terkait sehingga diharapkan dapat mempermudah perluasan pasar.

Namun demikian tentunya kita semua sadar bahwa BUMDes Petanahan tidaklah akan bisa berkembang dan maju tanpa adanya komitmen yang kuat dari ABGS (Akademisi, Birokrasi, Goverment  serta semua pemangku kepentingan/stake holder). Oleh karena  itu dengan bantuan fasilitasi serta dukungan kepedulian dari Pemerintah, Birokrasi dan para pemangku kepentingan diharapkan akan lebih memperkuat daya saing pasar   minyak Goreng HCO hasil produksi dari BUMDES Petanahan, Unit Pengolahan Kelapa Terpadu Sun COCO.
SELAMAT DATANG DI BLOG DESA PETANAHAN, SELAMAT BERBAGI DAN MENIKMATI TOUR ANDA, SEMOGA BERMANFAAT